Pentingnya
Penerapan Etika ke Dalam Bisnis Dengan Pendekatan Model Etika Dalam Bisnis Dan
Manajerial
Softskill
Etika Bisnis
Kelompok
3 :
Irgi
Ahmad Fahreji (13216587)
Johannes
Frederik Joner (13216743)
Josua
Parulian Sitompul (13216768)
Leny
Nas Suryani (14216017)
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2019
1.1.Tujuan Topik Pembelajaran
a.
Mengkaji relevansi antara etika dan bisnis
b.
Mengkaji kendala-kendala penerapan etika ke
dalam bisnis
1.2.Susunan Materi
a.
Pengertian Etika Bisnis
b.
Relevansi Etika Pergaulan Bisnis
c.
Masalah-masalah dalam Etika Bisnis
d.
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
1.3.Pembahasan
a.
Pengertian Etika Bisnis
Etika
adalah nilai dan norma moral yang menjadi suatu acuan bagi umat manusia baik
secara individual atau kelompok dalam mengatuh semua tingkah lakunya. (K.
Bertens)
Bisnis
adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yang menyediakan barang dan
jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas
hidup mereka. (Musselman dan Jackson)
Jadi
Etika Bisnis adalah sekumpulan
norma-norma yang dapat dipergunakan dalam kegiatan usaha yang berguna untuk
meminimalisir terjadinya masalah internal dalam organisasi atau perusahaan.
b.
Etika Pergaulan Bisnis
Etika pergaulan bisnis
dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:
1.
Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen
Hubungan antara bisnis
dengan langgananya merupakan hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena
itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik.
2.
Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya
selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali harus berurusan
dengan etika pergaulan dengan karyawannya.Pergaulan bisnis dengan karyawan ini
meliputi beberapa hal yakni: Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi
atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau
pemecatan/PHK ( pemutusan hubungan kerja). Didalam menarik tenaga kerja
haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang
telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan
tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota
keluarga sendiri.
Disamping itu tidak jarang
seorang manajer yang mencoba menaikan pangkat para karyawan dari generasi muda
yang dianggapnya sangat potensial dalam rangka membawa organisasi menjadi lebih
dinamis, tetapi hal tersebut mendapat protes keras dari karyawan dari generasi
tua. Masalah lain lagi dan yang paling rawan adalah masalah pengeluaran
karyawan atau dropout. Masalah DO atau PHK ini perlu mendapatkan perhatian
ekstra dari para manajer karena hal ini menyangkut masalah tidak saja etik akan
tetapi juga masalah kemanusian. Karyawan yang di PHK –kan tentu saja akan
kehilangan mata pencahariannya yang menjadi tumpuan hidup dia bersama
keluarganya.
3.
Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan
hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang lain. Hal ini bisa
terjadi hubungan antara perusahaan dengan saingannya, dengan penyalurnya,
dengan grosirnya, dengan pengecernya, agen tunggalnya maupun distributornya.
Dalam kegiatan sehari-hari
tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antar
kedunya. Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis
yang baik. Sebagai contoh sebuah penerbit yang ingin menyalurkan buku-buku
terbitanya kepada para grosir yang bersedia membeli secara kontan dalam jumlah
besar dan kontinyu dengan memperoleh potongan rabat yang sama dengan penyalur.
Rencana ini menjadi kandas
karena mendapat protes keras dari para penyalur-penyalurnya yang memandang
tindakan penerbit tersebut akan sangat merugikan para penyalur sedangkan omset
dari para penyalur sendiri dalam beberapa tahun tidak meningkat. Contoh lain
adalah adanya perebutan tenaga kerja ahli atau manajer profesional oleh para
pengusaha, persaingan harga yang saling menjatuhkan diantara bisnismen dan
sebagainya.
4.
Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go publik” harus menjaga
pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor
atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para
investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu
mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami
lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin
menjadi emiten yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat.
Dipihak lain masyarakat
sendiri juga sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk
pembelian saham ataupun surat-surat berharga yang lain yang diemisi oleh
perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin
membeli saham haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek
perusahan yang go public tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau
penipuan terhadap informasi terhadap hal ini.
5.
Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan
lembaga-lembaga keuangan terutama jawatan pajak pada umumnya merupakan hubungan
pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungn yang
berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan
Rugi dan Laba misalnya. Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik
dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak
misalnya. Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.
Penerapan etika bisnis ini
murupakan penerapan dari konsep “Stake Holder” sebagai pengganti dari
konsep lama yaitu konsep “Stock Holder”. Pengusaha yang menerapkan
konsep Stock Holder berusaha untuk mementingkan kepentingan
para pemengang saham (Stockholder) saja, di mana para pemegang saham
tentu saja akan mementingkan kepentinganya yaitu penghasilan yang tinggi
baginya yaitu yang berupa deviden atau pembagian laba serta harga saham dipasar
bursa. Dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan mereka akan
tinggi, sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham akan merupakan kenaikan
kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya itu dapat dijual dengan harga yang
lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan ataupun tuntutan dari para pemengan saham
itu sering kali mengabaikan kepentingan – kepentingan pihak-pihak yang lain
yang juga terlibat dalam kegiatan bisnis. Pihak lain yang terkait dalam
kegiatan bisnis tidak hanya para pemegang saham saja akan tetapi masih banyak
lagi seperti :
a)
Pekerja/ karyawan
b)
Konsumen
c)
Kreditur
d)
Lembaga-lembaga keuangan
e)
Pemerintah.
c.
Masalah-Masalah dalam Etika Bisnis
Masalah
etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori antara lain:
1.
Suap (Bribery)
Adalah
tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima, atau meminta sesuatu yang
berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan
kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan “membeli
pengaruh”. Pembelian itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang
atau barang, maupun pembayaran kembali setelah transaksi terlaksana.
Suap
kadang-kadang tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls
dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift)
tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respon yang
diharapkan oleh pemberi hadiah.
2.
Paksaan (Coercion)
Adalah
tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan atau
ancaman. Paksaan dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan,
pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
3.
Penipuan (Deception)
Adalah
tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau
melakukan kebohongan.
4.
Pencurian (Theft)
Adalah
tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti milik
orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa
properti fisik atau konseptual.
5.
Diskriminasi tidak adil (Unfair Discrimination)
Adalah
perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang
disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu
kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan
yang beralasan antara mereka yang disukai dan tidak.
d.
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
Dalam
etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku
bisnis. Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh
perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki
standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral
sebagai standar kerja atau operasi perusahaan.
Muslich (1998: 31-33) mengemukakan
prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut.
1.
Prinsip Otonomi
Kemampuan
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik
untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip
Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan
lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci
keberhasilan suatu bisnis (misal kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran
terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip
Keadilan
Bahwa tiap orang dalam
berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing,
artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
4. Prinsip
Saling Menguntungkan
Untuk kelangsungan bisnis
jangka panjang, pebisnis harus saling menguntungkan dengan rekan bisnisnya agar
kerja sama dapat terus terjalin dalam jangka waktu yang lama.
5. Prinsip
Integritas Moral
Prinsip ini merupakan dasar
dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka
harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan
perusahaan terbaik.
1.4.Contoh Kasus
Studi Kasus terkait Penerapan Etika dalam Bisnis :
Di sebuah perusahaan, terdapat beberapa
karyawan yang memiliki sikap atau perilaku yang kurang pantas terhadap sesama
rekan kerja maupun atasannya. Hal tersebut bisa saja terjadi karena kurangnya
pengetahuan para karyawan tentang sikap/perilaku dalam bisnis/usaha/perusahaan
atau mungkin beberapa karyawan memang memiliki sifat yang cenderung tidak
perduli sehingga kerap mengabaikan etika terhadap rekan kerja maupun atasannya.
Jelas saja hal ini dapat membuat ketidakharmonisan pihak internal perusahaan
dan dapat mengakibatkan hal-hal seperti terjadinya miss-communication. Yang
dimana ‘komunikasi’ merupakan suatu hal penting dalam menjalin hubungan yang
baik dengan rekan kerja. Karena dengan terjalinnya komunikasi yang baik, dapat
memudahkan hal-hal yang di diskusikan tentang perusahaan tersebut.
Maka dari itu, perusahaan haruslah mengambil tindakan
agar beberapa karyawan tersebut dapat memiliki sikap/perilaku yang seperti
seharusnya dalam etika bisnis. Perusahaan dapat membuat pelatihan diluar jam
kerja atau membuat suatu acara yang mengharuskan para karyawannya melakukan
komunikasi secara intens satu sama lain.
SUMBER DAN REFERENSI
Mulyaningsih dan Hermina Tinneke. 2017. Etika Bisnis. Bandung. CV KIMFA MANDIRI.